. . .
"Edan ......gawat bener-bener gawat.......", cerocos Togog, mengoyak kenyamanan tidur Kiai Semar.
"Hhhuuua.....ada
apa sih Gog, ganggu orang tidur aja.....", tanya Kiai Semar sembari
membenahi posisi tidurnya yang terusik suara parau si Togog.
" Edan pokoknya edan Ki ....... masa' itu tuh ......edan.....", sengit Togog.
"
Edan opo toh Gog? edan gundulmu, gawat udelmu .........ngomong yang
jelas ", Kali ini Kiai Semar benar - benar mulai bersungut - sungut tapi
tetap mencoba untuk mengatur emosinya agar tidak tertular kepanikan si
Togog yang nggak tahu kena setan dari mana dia, nyerocos ngalur ngidul.
"Gini mbah..."
"Mbah udelmu bodong ....."
"
Sorry Ki, apa nggak edan coba? masa' Bima mau nyalonin diri jadi
presiden Ngastinapura nglangkahi hasil syuro para pandawa dan sesepuh
yang hanya merekomendasikan Yudhistira, bakal calon presiden
Ngastinapura. Coba Ki, apa nggak edan? "
" Lho yang jadi masalah apa Gog? sampe kau bela-belain panik kaya gitu...?"
"Gimana sih Ki, malah tenang-tenang aja....."
"Trus disuruh ngapain? teriak-teriak kesetanan kaya kamu.....?"
"Ya
nggak papa teriak-teriak asalkan itu memang yang harus dilakukan,
sebagai wujud keresahan atau lebih tepatnya kepedulian.....", elak
Togog.
"Kepedulian yang aneh ...... apa kau kira sebuah
kepedulian tidak bisa bersemayam di dada dalam keheningan, kebisuan,
bermesraan dengan kesunyian, mengendapkan hati, berfikir jernih .....",
terang Kiai Semar sok filosofis.
" Yowis, pokoknya
gawat..... dan Kiai Semar selaku sesepuh yang disegani oleh majelis syuro
Ngastinapura harus bertindak ......", Togog mulai kumat lagi.
"Bertindak
gimana, disuruh ngapain aku, lagian masalahnya di mana, wong Bima yang
ngajuin diri jadi presiden, kok kamu yang repot, atau jangan-jangan kamu
iri ya, pengin juga nyalonin diri jadi presiden?, ya udah nyalonin
sana ....", tanya Kiai Semar sembari tidur-tiduran.
"Kiai Semar Edan ....."
"Udah tahu gitu he...he..."
"Gini
Ki, mana itu persatuan jamaah? mana itu ketsiqo-an jundi? mana itu
materi -materi adabul jamaah, qiyadah wal jundiyah, mana? kalo untuk
masalah pilih-memilih presiden aja kita udah terpecah belah? apa semua
materi dauroh-dauroh itu menguap sedemikan rupa? hingga sekarang kader
dakwah kita hanya memahami aktivitas ini tidak lebih sebuah karier?
Jabatan, sebuah amanah, menjadi rebutan? gawat kan? ini tidak sekedar
masalah pemilihan presiden Ngastinapura periode ini, bisa jadi ini yang
terjadi di bawah dan kalo seperti itu berarti nasib buruk sudah menimpa
jamaah ini......",cerca Togog.
"Jangan sok generalis dan reaksioner kaya gitu dong Gog, pilah-pilih dulu masalahnya apa? berfikir out of box-lah....", Kiai Semar sok Intelek.
"
Trus gimana.......?", Togog mulai tenang tapi guratan emosi masih
nongol di wajahnya yang memang tidak bisa dibilang enak dipandang.
"Ya berfikir lah dari sisi lain... berfikir lah dari sudut pandang Bima misalnya (tepa saliro),
coba bayangkan bagaimana perasaan Bima waktu tahu kalo pada akhirnya
Yudhistira yang akhirnya dicalonkan oleh jamaah sementara saat Bima dan
para pandawa yang lain, kecuali Yudhistira, berjibaku menjaga
Ngastinapura dari tangan-tangan jahil dan kejahatan Kurawa dan
kroco-kroconya, dimana Yudhistira coba? dia lagi khusyuk tapabrata di
puncak gunung Kawi. Wajar kan secara manusiawi kalo Bima merasa lebih
layak? lebih mampu secara pengalaman dan pengamalan? lebih berjasa dan
patut untuk dicalonkan? minimal dengan pencalonan dia, baginya mungkin
itu adalah sebuah "reward" untuk pengorbannya, apalagi secara
personal pencalonannya sebagai bakal calon presiden Ngastinapura
merupakan hak asasi manusia, Bima manusia, seperti kita; seneng nasi
pecel Mak Dami, rawon mbak Sundari, nasi goreng magelangan mbak Yuli,
kopi joss cak Nari, dan kenikmatan-kenikmatan dunia lainnya termasuk
sebuah kepopuleran, sebagai seorang manusia Bima punya
keinginan-keinginan dan dari keinginan-keinginan itu Bima serta kita
semua punya jatah manusiawi keinginan itu dilabeli salah dan benar dan
kini tiba giliran keinginan Bima kita labeli salah", urai Kiai Semar
membuat dua alis Togog bertaut.
"Kok Kiai Semar jadi mbelain Bima? orang yang mbalelo? insilakh.....", Togog belum puas.
"Bukan
membela, dalam konteks jamaah, Bima memang salah, tapi menyadari sisi
manusiawi seseorang betapa pun ia seorang kader tulen, yang tingkat track record-nya tidak diragukan lagi, untuk dijadikan pertimbangan menyikapi suatu masalah adalah suatu keniscayaan...", lanjut Kiai Semar.
"
Trus Gimana? kita harus bangga dengan sikap Bima? dan ikut-ikutan
dukung Bima? kalo dasar pertimbangannya karena siapa yang berjasa,
banyak yang berjasa dan lebih mampu untuk mencalonkan diri;
arjuna, nakula, sadewa, petruk, gareng, atau siapa pun yang tidak ingin
Kurawa berkuasa di bumi Ngastinapura. Selain itu belajar dari siroh,
bukankah kebesaran Kholid bin Walid RA sebagai panglima perang muslimin
yang tidak terkalahkan tidak membuat ia mutung, ngambeg, bughot saat
Umar bin Khotob RA memecatnya dalam suatu peperangan ....?"
"Bukan
gitu, sekali lagi dalam konteks jamaah, Bima memang salah Gog, dan kalo
berhenti pada vonis salah maka kita telah mendholimi Bima", jawab Kiai
Semar.
"Mbulet.....", Togog tidak puas.
"Dukungan kita dan kader-kader yang lain wajib kepada Yudhistira, sekali lagi kepada YUDHISTIRA,
cuman untuk menyelamatkan Bima, agar tidak terlampau jauh dengan
pilihanya yang salah, maka langkah pertama yang harus kita lakukan
adalah dengan memahami keputusan Bima dari banyak angle yang sementara ini kita anggap salah tersebut, sehingga langkah-langkah persuasif kita tidak dengan mindset
bahwa Bima mutlak salah, sehingga penyelamatan itu berbahasa hati dan
ingatlah bahwa hati hanya bisa menerima sesuatu yang berasal dari hati
juga, bahasa kerennya menggugah sisi afeksi Bima. Kalo kau tanya
kenapa kita harus menyelamatkan Bima juga, "rival" kita, maka kamu
harus surut ke belakang untuk memahami hakekat aktivitas jamaah ini
sebelum berkoar-koar memvonis orang...", urai Kiai Semar sembari tak
henti-hentinya menguap.
" OK, sepakat .....berarti
tugas kita sekarang lebih me-"rakyat bawah"-kan Yudhistira agar bisa
diterima semua kalangan sehingga Yudhistira sukses untuk jadi presiden
Ngastinapura, dan soal Bima semua kader harus menjadikannya sebuah ibroh
bahwa aktivitas ini adalah aktivitas dakwah yang menafikan orientasi -
orientasi selain untuk ALLOH Azza wa Jalla.....bukan gitu Ki.....Kiai
semar.....?!!!".
" ZZZZZZZ BREWWWWRRRRRR.........."
"Dasar Semar gembul, semprul,........ngorok lagi ........", kata Togog sambil berlalu pergi.
. . .
Dari, Nol Kilometer
No comments:
Post a Comment