Padahal sejarawan mencatat bahwa pasukan VOC adalah para : sampah masyarakat, bajingan, dan petualang. Tidak ada prajurit terhormat di Eropa yang mau jadi pasukan VOC ketika direkrut pada masa itu. Tetapi, mengapa mereka pada akhirnya bisa mengalahkan orang-orang hebat di nusantara kita? Jawabnya cuma satu: kita membiarkan diri dikangkangi taktik kuno penjajahan: DEVIDE ET IMPERA! Menurut cacatan sejarawan pasukan Belanda totok cuma 10%, Eropa lainnya 10%, 80 % lainnya adalah penduduk nusantara. Artinya, orang yang saling membunuh dalam peperangan itu, baik dipihak Kompeni maupun di pihak kerajaan-kerajaan nusantara, adalah pribumi itu sendiri. Para kapten Belanda, yang cuma pegang pistol itu, kebanyakan hanya memberi aba-aba....
Mari buka mata,
taktik klasik itu sekarang kembali dipakai, kita sudah ada dalam daftar
sebagai negeri yang harus digoyang supaya kita tidak bisa menikmati
kemamkmuran kita sendiri. Seperti negara-negara sekuler-nasionalis lain
di Tengah, kita adalah target apa yang dulu disebut Bung Karno
Neo-kolim.
Sadarlah sebelum terlambat! Ini sebenarnya tida ada hubungannya dengan soal agama. Ini soal kerajaan bisnis para raksasa ekonomi dunia. Agama-agama kita sedang dimanfaatkan dan dibentur-benturkan agar kita tidak tahu siapa di balik semua ini. JANGAN TERTIPU!
Oleh: Saut Pasaribu, 9 Desember 2016
https://www.facebook.com/saut.pasaribu.79/posts/1533483793343572
Sadarlah sebelum terlambat! Ini sebenarnya tida ada hubungannya dengan soal agama. Ini soal kerajaan bisnis para raksasa ekonomi dunia. Agama-agama kita sedang dimanfaatkan dan dibentur-benturkan agar kita tidak tahu siapa di balik semua ini. JANGAN TERTIPU!
Oleh: Saut Pasaribu, 9 Desember 2016
https://www.facebook.com/saut.pasaribu.79/posts/1533483793343572