Wednesday, November 7, 2018

Patuhilah peraturannya mbahmu, jika tidak...

Dulu saya punya langganan depot jamu. Ini saya tuliskan bukan untuk promosi. Tidak keharusan buat saya utk membantu market mereka. Tapi secara moral, karena saya pemasok 50% bahan2 jamu ramuan mereka, saya membantu mengarahkan teman2. Dengan harapan agar barang saya juga semakin deras perputarannya di venue tersebut.

Tapi bukan itu yg paling inti sebenarnya. Kebiasaan saya minum jamu di venue tersebut hingga kini sesuatu yg tak terlupakan. Diracik oleh bartender kelas kapal pesiar. Saya juga ikut memberi bonus kepada bartender tsb bila penjualan setiap bulannya meningkat. Hitung2 uang lelah dia membuat formula. Sehingga minuman yang bagi orang awam sangat pahit, bisa hilang rasa pahitnya di mulut ketika meminumnya, black magic.

Malam itu, entah berapa sloki jamu yg sudah saya minum, saya sudah tidak menghitungnya. Ini bisa terjadi, krn saya mmg memiliki free pass, baik tiket masuk maupun semua produk dari depot jamu tersebut.
Biasanya kalau sudah kondisi demikian, apalagi kalau saya sudah terjungkal dari kursi bulat yang saya duduki, security atau juru parkir venue tersebut akan berebut dan sibuk mengantarkan saya sampai ke kediaman saya.
Tapi kali itu, saya sengaja mengendap2 masuk, tanpa ada di antara security maupun juru parkir yg mengetahui saya masuk. Pulangnya pun saya tidak ingin mereka ketahui, karena saya jengkel, informasi mengenai seringnya saya minum jamu di situ, ternyata mereka jual ke kakak pertama saya. Sehingga segala bentuk hubungan, baik hubungan kekeluargaan maupun bisnis sudah diblokir oleh beliau.
Yg terakhir saya dengar, nama saya sudah di-tip-ex dari struktur organisasi. Padahal semua orang mengetahui, bahwa sayalah putra mahkota organisasi ini, yg kelak menggantikan dia sebagai ketua.
Bagi saya tidak masalah, krn saya sdh pernah jadi ketua, walaupun hanya wakil ketua angkatan. Yg penting ada embel2 ketua.

Akhirnya jadilah saya pulang sendiri. Tapi sebelumnya sdh saya pesan si mbah melalui HP saya. "Mbah, saya mau pulang..." Kemudian si mbah menjawab, "tolong ucapkan tujuanmu kisanak..."
Kemudian saya mengucapkan alamat tempat tinggal saya. Dengan sedikit terhuyung2, saya naik ke atas sepeda motor saya. Sampai di perempatan ringroad, si mbah menyapa saya, "silahkan ambil jalur lambat..."
Kalau sudah menjelang pagi, jalanan sudah sepi, saya biasanya akan mengambil jalur cepat, kemudian memacu kendaraan sekencang-kencangnya. Pokoknya seperti gayanya Marc Marques idola saya itulah...
Belum juga saya menarik gas, si mbah mengingatkan saya kembali, "silahkan ambil jalur lambat..."
Setelah saya tarik gas, si mbah tiba2 memperbesar suaranya, "Dengan cara bagaimana meyakinkan anda agar mengambil jalur lambat???"

Akhirnya saya tersadar, "Injih mbah, kulo ngrungokake..."

Sunday, November 4, 2018

Sekilas tentangmu...

Timbulnya persoalan antara aplikator dengan mitra(?)-driver belakangan ini, membuat saya penasaran, apa sebenarnya yang terjadi di perusahaan ride-hailing grab?. 

Seiring bertambahnya hari, di mana saya juga ikut berkecimpung di dunia per-ojol-an tersebut, semakin banyak pula pengalaman yang didapat. Mulai dari insentif terlambat, kemudian tidak dapat dicairkan (tidak dibayarkan, karena disinyalir telah melakukan pelanggaran kode etik), skema insentif yang tiba-tiba berubah atau juga tidak muncul di aplikasi, hingga pada akhirnya pembekuan sementara akun.

Lewat pencarian melalui aplikasi pencarian online, dan sedikit analisa saya yang mungkin amat terbatas tentang dunia keuangan, setidaknya untuk sekedar pengetahuan saya sendiri saja, agar bisa mengambil posisi bagaimana saya bersikap.
Ini saya bagikan bukan dalam rangka mempengaruhi siapapun, bukan pula untuk tujuan menjatuhkan pihak manapun, tapi hanya sekedar berbagi, kira-kira apakah yang saya rasakan sekian hari, mungkin masih hanya seumur jagung, kurang lebih sama dengan yang rekan-rekan driver rasakan atau tidak.

Ada beberapa hal yang dalam analisa terbatas yang saya paparkan berikut ini.

1. Bahwa mitra(?)-driver juga merupakan pemegang investasi.
Saldo top-up, dompet tunai yang dimiliki oleh mitra(?)-driver, merupakan modal fresh / investasi yang didapat oleh grab tanpa bunga, tetapi dengan segala bentuk insentif yang "diharapkan" oleh mitra. Sehingga, secara logika, semakin banyak mitra(?)-driver, dan semakin banyak saldo yang terparkir di dompet mitra-driver, maka semakin banyak pula nilai investasi yang didapat oleh grab.
Tinggal kita mengalikan dengan jumlah keseluruhan mitra(?)-driver. Memang belum saya dapatkan berapa jumlah mitra(?)-driver yang konkrit untuk seluruh wilayah Indonesia misalnya.
Ini tentunya belum ditambahkan dengan nilai mata uang yang di-top-up oleh konsumen dalam saldo non-tunai.

2. Semakin banyak mitra(?)-driver, semakin membuka peluang men-share insentif dengan keuntungan yang maksimal pada aplikator grab.

Sebagai contoh:
Ada 100 penumpang yang tertarik untuk memesan perjalanan melalui aplikasi grabbike. Dengan, misal jumlah driver sebayak 10 orang, kesempatan untuk membagi permintaan pemesanan tersebut kepada masing-masing driver dengan misal, 1 driver mendapat 18 order, 5 orang mendapat 12 order, sisanya 22 order dibagi oleh 4 orang. Maka insentif yang dibayarkan adalah sebesar (1x80.000)+(5x40.000)+(4x0)=280.000.
Tentu nilai ini akan berbeda dengan jika hanya ada 5 mitra(?)-driver. Dengan adanya 100 pesanan, misal saja dibagi rata oleh 5 orang maka perorang mendapat 20 order. Dan pada umumnya, jika driver sudah mendapatkan jumlah order dengan skema insentif maksimal, maka kecenderungannya akan mengambil waktu untuk istirahat dan melanjutkannya di hari berikutnya. Nilai insentif yang dibayarkan oleh grab dengan 5 mitra-driver adalah sebesar 5x80.000=400.000. (Asumsi, skema insentif akun saya sendiri).

Di lain sisi, saya juga mencari, siapa pemegang saham di perusahaan ini sebenarnya, dan kira-kira bagaimana keadaan likuiditas keuangannya, dan momentum dan peluang apa yang sedang dicari oleh perusahaan ini? 

Maka beberapa informasi yang saya dapatkan, bahwa saham grab adalah modal ventura yang didanai oleh Softbank Group Corporation, yang telah berkali-kali menyuntik dana modal kepada grab, juga perusahaan ride-hailing asal China Didi Chuxing, dan Toyota Motor Corporation, Booking Holdings asal Amerika, tentunya dengan pendiri dan pemodal utama Anthony Tan.

Dengan berkaca pada profil modal-ventura tersebut di atas, sudah sepantasnya para mitra(?)-driver merasa nyaman untuk melakukan ini sebagai pekerjaan utama. Namun apa yang dirasakan oleh mitra(?)-driver di lapangan, hanya mitra(?)-driver sendiri yang tahu. 

Bagi saya, dengan sistem pelayanan dan hasil yang didapat, saya meragukan pekerjaan ini bisa menjadi pekerjaan utama yang bisa diharapkan memenuhi kebutuhan rumah tangga. Untuk pekerjaan sampingan, okelah. 

Ini saya simpulkan sendiri, berdasarkan pengalaman sendiri, bagaimana sulitnya mendapatkan penghasilan yang duperhalus melalui motto "mensejahterakan mitra(?)-driver"-nya?

Kemudian pencarian saya berlanjut pada hal-hal apa saja yang terjadi belakangan ini dengan grab?
Ada beberapa berita yang menarik perhatian saya yang berhubungan dengan perusahaan ini, di antaranya:

1. Grab diwajibkan untuk membayar denda di Singapura atas akuisisi grab-uber.
https://m.cnnindonesia.com/teknologi/20180924142809-185-332720/singapura-denda-rp137-m-atas-akuisisi-uber-grab?

2. Pemerintah Philipina merilis sejumlah aturan untuk mencegah monopoli bisnis grab.
https://m.cnnindonesia.com/teknologi/20180813105659-185-321768/filipina-rilis-sederet-aturan-cegah-monopoli-bisnis-grab?


Dan informasi yang terbaru adalah menteri perhubungan menilai bahwa pihak grab dengan sengaja menhadapkan rekan-rekan mitra(?)-driver dengan aparat kepolisian dalam aksi unjuk rasa yang berakhir anarkis.


Dalam membuat tulisan ini, sebenarnya saya sedang mencari solusi "alasan apa yang harus saya buat kepada istri agar bisa ke luar malam dan ngopi lebih dari dua gelas serta merokok lebih dari dua bungkus sehari, selain berangkat ngojek?"

Juga sedang ada dalam benak saya, "ternyata begitu sulit mengerti bahasa robot dalam sistem pelayanan aplikasi grab". Dan saya sedang merenung, "apa mungkin saya yang tidak pintar untuk mengatakan, "tolong ditangguhkan pembekuan akun dan pembekuan pembayaran insentif saya, sebab saya tidak melakukan apa yang dituduhkan kepada saya oleh "surat cinta" yang dikirimkan dengan bahasa robot tersebut".

Entah besok pagi, akun beserta saldo (jika tidak boleh dikatakan saham) di dalamnya masih bisa diakses atau tidak, otak saya tidak cukup memory untuk memikirkan itu. Malah yang terpikir adalah kata-kata dalam stand-up komedy, "mitra(?)-driver itu berat mak butet, seberat perjuanganku mendapatkanmu, biarlah hanya abang yang merasakannya"


Yogyakarta, 4 November 2018